Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 29 Januari 2013

Membongkar Teori Konspirasi Diego Michiels


13533793752023880557

TEORI konspirasi merupakan salah satu tema paling menarik di dunia film. Menarik sekali mengikuti bagaimana tokoh utama membongkar konspirasi yang melibatkan tokoh penting.
Di Indonesia, teori konspirasi disebut-sebut terjadi di dunia sepakbola. Konon, ada skenario besar yang melibatkan kelompok Bakrie, yang terkait dengan ISL serta KPSI, yang ujung-ujungnya adalah Pilpres. Berbagai gejolak sepakbola di Tanah Air biasanya selalu dikait-kaitkan dengan teori konspirasi Bakrie.
Sebagai contoh, ketika beberapa bulan lalu Persebaya IPL dilarang bertanding di Stadion Gelora 10 November oleh polisi, ada Kompasianer yang membuat ulasan bahwa Bakrie-lah yang berada di balik pelarangan itu. Karena konon, Kapolri adalah orangnya Bakrie yang dititipkan ke SBY, hehehe.
Sampai sekarang masih banyak pendukung PSSI yang percaya kalau goal.com/Indonesia  merupakan bagian dari kelompok Bakrie, karena kerap memberitakan berita yang menyudutkan PSSI. Padahal, goal.com/Indonesia merupakan bagian dari Goal Internasional yang beroperasi di puluhan negara.
Yang paling lawak adalah tudingan bahwa Tabloid Bola adalah medianya Bakrie, karena tabloid ini juga kerap menyudutkan PSSI. Padahal, Tabloid Bola, sama halnya dengan tabloid Soccer, Tablod PC Plus, Majalah Hai, Majalah Bobo, Majalah Intisari, Koran Kompas, sejumlah koran daerah berlabel Tribun serta puluhan media lain merupakan bagian dari Kelompok Kompas Gramedia. Artinya, Tablod Bola masih terhitung keluarga dekat dari Kompasiana juga, hehehe
Teori konspirasi juga langsung menyeruak ketika kasus Diego terungkap. Seperti biasa, keluarga Bakrie dituding berada di balik kasus itu. Dugaan adanya konspirasi semakin kental karena konon, beberapa hari sebelum kejadian korban Meff sempat berkicau di sebuah jejaring sosial yang antara lain menyebut nama DM.
Bagaimana caranya membongkar dan membuktikan ada tidaknya teori konspirasi pada kasus Diego? Jika memang kasus aniaya itu sudah direncanakan, maka pintu masuk untuk membuktikan teori konspirasi ini adalah mengusut siapa sebenarnya yang mengundang Diego sehingga pemain sepakbola ini meninggalkan hotel. Jika memang ada konspirasi, maka pihak pengundang (kalau tidak salah adalah teman Diego) pasti terlibat.
Jadi untuk membuktikan, penyidik bisa mencari informasi siapa si pengundang itu. Pengusutan akan lebih mudah jika si pengundang adalah salah satu dari tiga teman Diego yang juga ikut ditahan. Polisi bisa menginterogasi teman Diego itu.
Jika si pengundang bukan salah satu teman Diego yang ikut ditahan, polisi bisa mempelajari telepon genggam milik Diego yang dihubungi si pengundang. Dari situ bisa diketahui siapa si pengundang. Jika identitas si pengundang diketahui, polisi juga bisa memeriksa telepon genggamnya. Jika si pengundang merupakan bagian dari konspirasi, pasti dia kerap berhubungan dengan pihak lain yang mungkin menjadi perancang. Dari situ bisa ditelusuri.
Bagaimana jika data di telepon genggam sudah dihapus? Itu tidak masalah. Sekarang banyak software yang bisa digunakan untuk memunculkan semua data di HP yang sudah dihapus. (Software itulah yang menjadi penyebab munculnya banyak video dan foto ehm ehm di dunia maya. Biasanya berasal dari HP yang dijual. Pemiliknya merasa sudah aman karena telah menghapus adegan penting itu dan tidak menyadari bahwa hanya dalam beberapa detik semua file yang dihapus bisa muncul kembali).
Jika memang ada konspirasi, si pengundang bisa membawa penyidik ke pelaku atau perancang. Jika polisi tak bisa menemukan bukti, baik melalui integorasi maupun pemeriksaan pada HP, bisa diasumsikan bahwa teori konspirasi itu hanya khayalan dan apa yang menimpa Diego murni kasus kriminal biasa.
Penangguhan Diego
Salah satu yang banyak didiskusikan adalah, apakah Diego perlu mendapatkan penangguhan penahanan? Pengacara Diego, Elza Syarief sangat menggebu-gebu mengupayakan agar kliennya bisa bebas dari tahanan. Saking bersemangatnya Elza sempat membuat blunder lucu, ketika kepada wartawan mengatakan Indonesia akan terkena sanksi FIFA jika Diego tidak memperkuat timnas Garuda di Piala AFF, hehehe.
Alasan memperkuat timnas memang cukup kuat. Namun alasan itu kini tak lagi relevan setelah manajer timnas Indonesia  Habil Marati seperti dikutip detiksport menegaskan kalau Diego tak akan dibawa ke Piala AFF. Jadi jika Diego sudah dipastikan dicoret dari timnas, lalu apa urgensinya dia dilepas dari tahanan?
Namun, tentu saja, upaya mendapatkan penangguhan penahanan merupakan hak setiap tahanan. Tapi keputusan finalnya ada pada kepolisian. Jika kepolisian menganggap Diego tak perlu diberi penangguhan, itu merupakan wewenang polisi.
Jika saat ditahan polisi Diego tak bisa mendapatkan penangguhan penahanan, upaya yang sama bisa dicoba jika kasusnya sudah dilimpahkan ke kejaksaan. Biasanya, permohonan penangguhan penahanan ke kejaksaaan cenderung lebih mudah dan peluang untuk dikabulkan lebih besar.
Yang harus diingat, sekalipun Diego sudah mendapat penangguhan, dia tetap harus mengikuti proses hukum, yakni disidang di pengadilan. Diego dinilai melanggar pasal pasal 170 ayat 2 dan pasal 351 ayat 2 tentang penganiayaan dan pengeroyokan, dengan ancaman hukuman 9 tahun penjara. Melihat kasusnya, sangat sukar bagi Diego untuk lolos dari jeratan hukum, atau mendapat hukuman percobaan.
Bahkan jika teori konspirasi bisa dibuktikan, itu tak otomatis menghapus kesalahan Diego yang melakukan aniaya.
Apa yang menimpa Diego menjadi pelajaran penting untuk semua pihak, untuk melihat persoalan dengan proporsional, dan dengan hati yang jernih.
Ada konspirasi atau tidak, Diego bersalah karena tidak disiplin. Karena meninggalkan hotel tanpa ijin. Kesalahan ‘kecil’ yang berdampak besar. Bukan hanya bagi diri Diego, namun juga timnas, yang terpaksa kehilangan salah satu pemain belakang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar